Orientasi Pembelajaran Kala 21 - Teknologi, Informasi, Dan Komunikasi (Prinsip Dan Aplikasi Dalam Studi Pemikiran Islam)

Berikut ini yaitu arsip berkas mengenai Orientasi Pembelajaran Abad 21 dalam buku berjudul Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Prinsip dan Aplikasi dalam Studi Pemikiran Islam). Download file dalam format .pdf.

 Berikut ini yaitu arsip berkas mengenai Orientasi Pembelajaran Abad  Orientasi Pembelajaran Abad 21 - Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Prinsip dan Aplikasi dalam Studi Pemikiran Islam)
Orientasi Pembelajaran Abad 21 - Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Prinsip dan Aplikasi dalam Studi Pemikiran Islam)

Orientasi Pembelajaran Abad 21 - Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Prinsip dan Aplikasi dalam Studi Pemikiran Islam)

Orientasi Pembelajaran Abad 21 - Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Prinsip dan Aplikasi dalam Studi Pemikiran Islam)

Ciri menonjol pembelajaran abad-21 salah satunya yaitu semakin bertautnya dunia ilmu dan teknologi, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin cepat. Teknologi informasi dan komunikasi atau ICT yang berkembang sangat pesat pada Dasawarsa terakhir ini membawa dampak yang luar biasa pada aneka macam sektor kehidupan kita menyerupai bisnis, hiburan dan pendidikan. Pengaruh pada bidang pendidikan sangat terang kita rasakan. Kita bisa melihat bagaimana ICT mempengaruhi para siswa mencar ilmu dengan sumber informasi yang begitu melimpah serta para guru mengubah cara mengajarnya. Kini kita juga bisa melihat bagaimana ICT mempengaruhi cara siswa maupun guru dalam berafiliasi sosial, berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman-teman mereka. Tantangan yang dihadapi para guru tentu tidak semakin ringan, lantaran siswa diharapkan bisa bersaing secara global yang bercirikan ICT. Guru ketika ini tidak lagi sebagai pusat sumber mencar ilmu dan penyampai informasi utama, tetapi lebih dari itu yakni bisa berperan sebagai fasilitator, pendamping, pembimbing, dan sekaligus sebagai partner dalam berbagi skill dan pengetahuan. Potensi pemanfaatan ICT untuk meningkatkan susukan pendidikan, meningkatkan efesiensi, serta kualitas pembelajaran dan pengajaran. 

Pembahasan lebih mendalam perihal orientasi pembelajaran kala 21, diantaranya menyangkut.
  1. Orientasi Baru Dunia Pendidikan
  2. Paradigma Pendidikan Abad-21
  3. Karakteristik Sekolah
  4. Pembelajaran Berbasis Blended Learning
  5. Mengembangkan Kecakapan Siswa
  6. Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi
  7. Pembelajaran Secara Tatap Muka dan Virtual
  8. Kompetensi Profesi Guru berbasis ICT

Orientasi Baru Dunia Pendidikan
Pendidikan yang ideal hakikatnya selalu bersifat antisipatif dan prepatoristik, yakni selalu mengacu ke masa depan, dan selalu mempersiapkan generasi muda untuk kehidupan masa depan yang jauh lebih baik, bermutu, dan bermakna. Sungguhpun demikian, apa dan bagaimana pendidikan ideal dengan sifatnya yang antisipatif dan prepatoristik menyerupai itu, berbeda bagi setiap bangsa dalam melihat dan menghadapi masa depannya. Bagi bangsa Indonesia, kondisi, tantangan, dan duduk masalah masa depan yang harus dihadapi senantiasa berkaitan dengan pengembangan kualitas dan kemandirian insan Indonesia yang memungkinkannya bisa dan proaktif menjawab tantangan globalisasi, baik di bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Sebagian tenaga didik dan tenaga kependidikan kini pun sudah sangat mengenal dunia ini. Dengan diterapkan model pembelajaran berbasis multimedia ini akan membantu siswa dan mahasiswa semoga lebih melek lagi dengan dunia informasi teknologi lantaran tidak semua penerima didik kenal betul dengan dunia ini. Banyaknya keinginan yang belum terpenuhi dan tingkat kecemasan yang tinggi, menuntut adanya pembekalan bagi lembaga pendidikan semoga terjadi akselerasi ke arah pembelajaran masyarakat. Akselerasi pembelajaran masyarakat tersebut menuntut kesiapan sekolah, baik secara internal maupun eksternal.

Guru diharapkan sanggup memanfaatkan ICT secara optimal untuk memfasilitasi acara pembelajaran yang inovatif. Strategi dan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa menjadi sangat cocok guna mendorong pengembangan pengetahuan dan skill siswa. Menurut Wagner (2008), dalam dunia global ini siswa tidak cukup dengan hanya mengetahui informasi dan mengingat fakta, tetapi mereka harus bisa berfikir kritis, dan menuntaskan permasalahan, serta mempunyai skill untuk berkomunikasi dan bekerja sama. Disamping itu, siswa harus bisa beradaptasi, mempunyai inisiatif, bisa mengakses dan menganalisis informasi serta mempunyai keingintahuan tinggi memakai ICT dan mengintegrasikannya dalam acara pengajaran, guru diharapkan sanggup mengantarkan para siswa memenuhi kompetensi tersebut.

Untuk mengoptimalkan kompetensi siswa tersebut dibutuhkan sistem pembelajaran yang terstruktur dengan baik. Upaya penggabungan model pembelajaran tatap muka di kelas dengan model pembelajaran online ini dikenal dengan istilah blended learning. Tujuan blended learning untuk mendapatkan kualitas pembelajaran yang baik dimana metode pembelajaran tatap muka (face to face) memungkinkan untuk dilakukan pembelajaran interaktif, sedangkan metode online learning sanggup memberikan materi secara online tanpa batas ruang dan waktu, namun masih memungkinkan mendapatkan bimbingan dan isyarat untuk dicapai pembelajaran yang maksimal (Hadi, 2012). 

Berdasarkan gambar diatas, memperlihatkan bahwa terdapat banyak kegiatan dalam pendidikan dan pengajaran yang bisa dilakukan guru dengan sumbangan ICT, yaitu diantaranya yaitu administrasi, komunikasi, pengembangan sumber belajar, pembuatan planning pembelajaran, penyampaian materi ajar, evaluasi, acara dalam dan luar kelas, mencar ilmu mandiri, hingga pengembangan profesi guru. Akan tetapi pemanfaatan ICT dalam pembelajaran oleh guru dan siswa secara optimal memang tidaklah mudah. Paling tidak ada tiga kondisi yang harus dipenuhi, yakni:
  1. guru dan siswa harus mempunyai susukan yang gampang ke perangkat teknologi termasuk koneksi Internet,
  2. tersedianya konten digital (bahan ajar) yang gampang dipahami guru dan siswa,
  3. guru harus punya pengetahuan dan ketrampilan memakai teknologi dan sumber daya guna membantu siswa mencapai standar akademik. 

Paradigma Pendidikan Abad-21
Di kala ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin penerima didik mempunyai keterampilan mencar ilmu dan berinovasi, ketrampilan memakai teknologi dan media informasi, serta sanggup bekerja, dan bertahan dengan memakai keterampilan untuk hidup (life skills). Terkait dengan Paradigma Pendidikan di Abad-21, BNSP merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan kala ke-21, yaitu:
  1. dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa;
  2. dari satu arah menuju interaktif;
  3. dari isolasi menuju lingkungan jejaring;
  4. dari pasif menuju aktif menyelidiki; 
  5. dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata;
  6. dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim;
  7. dari luas menuju sikap khas memberdayakan kaidah keterikatan;
  8. dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru;
  9. dari alat tunggal menuju alat multimedia; 
  10. dari kekerabatan satu arah bergeser menuju kooperatif;
  11. dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan; 
  12. dari perjuangan sadar tunggal menuju jamak; 
  13. dari satu ilmu dan teknologi bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak;
  14. dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan; 
  15. dari pemikiran faktual menuju kritis, dan;
  16. dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan. (BSNP, 2010).
Tiga konsep pendidikan kala 21 telah disesuaikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk berbagi kurikulum gres untuk SD (SD), SMP (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tiga konsep tersebut disesuaikan untuk berbagi pendidikan menuju Indonesia Kreatif tahun 2045. Adaptasi dilakukan untuk mencapai kesesuaian konsep kapasitas penerima didik dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Ketiga ketrampilan tersebut dirangkum dalam denah pelangi keterampilan-pengetahuan kala 21 (Trilling dan Fadel, 2009).

Dalam konteks pendidikan, 3R yaitu abreviasi dari reading, writing dan (a) rithmatic, diambil lafal “R” yang besar lengan berkuasa dari setiap kata. Dari subjek reading dan writing, muncul gagasan pendidikan modern yaitu literasi yang dipakai sebagai pembelajaran untuk memahami gagasan melalui media kata-kata. Perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesatnya, terutama di pusat perkotaan. Seperti kita ketahui bersama adanya kebijakan dalam rangka mengintegrasikan informasi ke dalam pendidikan merupakan suatu terobosan yang diharapkan bisa meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun, sejauh ini pengembangan teknologi informasi terkonsentrasi di sekolah pusat kota, sedangkan sekolah di pusat desa dan di ujung desa masih sebatas retorika. Walaupun komitmen pemerintah menyatakan akan melaksanakan kebijakan internet masuk desa.

Kenyataan yang ada ketika ini, kita masih mendapati besarnya kesenjangan pendidikan antara sekolah pusat kota, sekolah pinggir kota, dan sekolah pusat desa, serta sekolah di ujung desa. Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan ini, salah satunya yaitu infrastruktur sekolah yang belum memadai standar, akomodasi perangkat keras dan perangkat lunak teknologi informasi yang belum merata (komputer, jaringan internet, disamping itu distribusi kualifikasi guru dalam memahami dan menguasai teknologi informasi yang belum merata)

Pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan, namun lembaga pendidikan masih memakai sistem tradisional dalam proses pembelajarannya. Sekolah dan perguruan tinggi seharusnya telah meninggalkan sistem tradisional semenjak diketemukannya media komunikasi berupa multimedia. Karena sifat teknologi informasi (internet) yang sanggup dihubungi setiap saat. Artinya siswa dan mahasiswa sanggup memanfaatkan program-program pendidikan yang disediakan di jaringan internet kapan saja sesuai dengan waktu luang mereka sehingga hambatan ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari sumber mencar ilmu sanggup teratasi. Dengan perkembangan pesat di bidang teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi maka pembelajaran dengan mendengarkan ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu ketinggalan jaman. Untuk menjawab tantangan ini dibutuhkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat (Mukhtar, 2012). 

Perkembangan ICT yang begitu pesat dan kemudahan mengaksesnya mengharuskan guru memanfaatkan aneka macam keunggulan ICT tersebut secara inovatif dalam acara pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan Perancangan yang baik dan inovatif, ICT Dapat menimbulkan materi pembelajaran menjadii lebih menarik, tidak membosankan, gampang dipahami, dan sanggup dipelajari kapan saja dan dari mana saja. Blended learning yang merupakan kombinasi ICT (multimedia, e-learning), tatap muka (diskusi, ceramah), dan berdikari (penugasan, Proyek, lab) dirasa bentuk yang paling mungkin diimplementasikan di Indonesia Mengingat masih terbatasnya infrastuktur.

Pembelajaran Berbasis Blended Learning
E-learning yaitu sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang dipakai yaitu jaringan komputer. Sistem e-learning ini tidak mempunyai batasan akses. Inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu, kapanpun mahasiswa bisa mengakses sistem ini. Aktifitas perkuliahan ditawarkan untuk bisa melayani menyerupai perkuliahan biasa. Ada penyampaian materi berbentuk teks maupun hasil penyimpanan bunyi yang bisa di download, selain itu juga ada lembaga diskusi, bisa juga seorang dosen memberikan nilai, kiprah dan pengumuman kepada mahasiswa.

Jika dikaji secara terminologis maka blended e-learning menekankan pada penggunaan internet menyerupai pendapat Rosenberg (2001) bahwa blended e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang sanggup meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Campbell (2002) dan Kamarga (2002) yang pada dasarnya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakikat blended e-learning, termasuk untuk pendidikan guru/dosen. Blended learning telah didefinisikan oleh Ciso Sistem (dalam Rusman, 2011:244) yaitu:

“As the combition of the characteristic from both traditional learning and blended e-learning environment. It merges aspects of blended e-learning as such as: web based instruction, streaming video, audio synchronous and asynchronous communication, etc: with traditional “face to face learning” learning”.

Blended learning merupakan istilah yang berasal dari bahasa inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended merupakan campuran, kombinasi yang baik. Sedangkan learning mempunyai makna umum belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya. Berikut ini pengertian blended learning dari beberapa sumber.
  1. Thorne (2003), Blended learning yaitu perpaduan dari teknologi multimedia, CD ROM, video streaming, kelas virtual, voicemail, email dan telefon conference, animasi teks online dan video-streaming. Semua ini dikombinasi dengan bentuk tradisional pembinaan di kelas. Blended learning menjadi solusi yang paling sempurna untuk proses pembelajaran yang sesuai tidak hanya dengan kebutuhan pembelajaran akan tetapi juga gaya si pembelajar.
  2. Harding, Kaczynski dan Wood (2005), Blended learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang memakai sumber mencar ilmu online dan bermacam-macam pilihan komunikasi yang sanggup dipakai oleh guru dan siswa Pelaksanaan pendekatan ini memungkinkan penggunaan sumber mencar ilmu online, terutama yang berbasis web, dengan tanpa meninggalkan kegiatan tatap muka.
  3. Wilson & Smilanich (2005) menyimpulkan bahwa Blended learning yaitu penggunaan solusi pembinaan yang paling efektif, diterapkan dalam cara yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
  4. MacDonald (2008), istilah blended learning biasanya berasosiasi dengan memasukkan media online pada acara pembelajaran, sementara pada ketika yang sama tetap mempertahankan kontak tatap muka dan pendekatan tradisional yang lain untuk mendukung siswa. Istilah ini juga dipakai pada media asynchronous menyerupai email, forum, blogs atau wikis digabungkan dengan teknologi, teks atau audio sinkronus.

Penerapan blended learning tidak terjadi secara begitu saja. Tapi, terlebih dulu harus ada pertimbangan karakteristik tujuan pembelajaran yang ingin kita capai, aktifitas pembelajaran yang relevan serta menentukan dan menentukan aktifitas mana yang relevan dengan konvensional dan aktifitas mana yang relevan untuk online learning. Tujuan dari blended learning yaitu untuk mendapatkan pembelajaran yang baik dimana metode pembelajaran tatap muka memungkinkan untuk melaksanakan pembelajaran secara interaktif, sedangkan metode pembelajaran online sanggup memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga sanggup dicapai pembelajaran yang maksimal. Tidak ada hukum baku perihal pembelajaran secara blended, oleh lantaran itu sanggup disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Dalam penelitian ini ditentukan blended learning yang dipakai yaitu kombinasi pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online.

Blended learning diwujudkan dalam lingkungan mencar ilmu mengajar terdapat integrasi dari aneka macam modus pengiriman, model pengajaran dan gaya mencar ilmu sebagai hasil dari strategis dan pendekatan sistematis penggunaan teknologi yang dikombinasikan dengan interaksi dalam model tatap muka. (Debra Bath and John Bourke: 2013). Blended learning terbukti efektif mengintegrasikan TIK ke dalam desain pengajaran dan pembelajaran. Dalam banyak masalah "blending" efisien sebagai desain pengajaran dan pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang lebih baik bagi siswa. Hal ini dikarenakan blending sanggup melibatkan adonan model pengiriman, pendekatan dan gaya mencar ilmu siswa. Kemajuan teknologi memberikan peluang untuk guru dalam merancang dan meningkatkan kiprahnya dan siswa memperoleh pengalaman kognitif melalui lingkungan belajarnya.

Mengajar atau “teaching” yaitu membantu penerima didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara mencar ilmu bagaimana mencar ilmu (Joyce dan Well, 1996). Sedangkan pembelajaran yaitu upaya untuk membelajarkan penerima didik. Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, tetapkan berbagi metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Konsep pembelajaran yaitu “bagaimana membelajarkan penerima didik”, dan bukan pada “apa yang dipelajari penerima didik”. Dengan demikian pembelajaran menempatkan penerima didik sebagai subjek bukan sebagai objek. Oleh lantaran itu semoga pembelajaran sanggup mencapai hasil yang optimal guru perlu memahami karakteristik penerima didik.

Mengembangkan Kecakapan Siswa
Sekurang-kurangnya terdapat dua macam kecakapan kognitif siswa yang penting dikembangkan oleh seorang pendidik terhadap siswanya, yakni; 1) taktik mencar ilmu memahami isi materi pelajaran, 2) taktik memahami arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, agaknya siswa sulit diharapkan bisa berbagi ranah afektif dan psikomotornya sendiri (Muhibbinsyah, 2010).

Siswa dengan memakai perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara kreatif dan bertanggungjawab. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan berbagi sikap inisiatif dan kemampuan mencar ilmu mandiri. Pada kondisi yang demikian siswa mempunyai inisiatif sendiri dan motivasi intrinsik, menganalisis kebutuhan dan merumuskan tujuan, menentukan dan menerapkan taktik penyelesaian masalah, menentukan sumber mencar ilmu yang sesuai, serta mengevaluasi diri terhadap performansinya.

Pengaturan diri siswa dalam mencar ilmu digambarkan sebagai derajat tingkatan secara metakognitif, secara motivasional, dan secara sikap berperan aktif dalam mencar ilmu siswa sendiri (Zimmerman, 1989). Siswa mempunyai kemampuan mengatur diri (self-regulated) menerapkan aneka macam taktik kognitif dan metakognitif untuk mencapai tujuan mencar ilmu (Corno & Mandinach, 1983). Siswa juga menerapkan taktik manajemen sumber daya untuk menentukan atau mengatur aspek lingkungan fisik untuk mendukung mencar ilmu mereka dan untuk mengatur waktu mereka secara efektif. Sebagai tambahan, mereka lebih mungkin mencari sahabat sebaya atau sumbangan guru kalau mereka menemukan kesulitan belajar.

Kaitan antara pengaturan diri dalam mencar ilmu dan penggunaan ICT dalam pembelajaran, sangat ditentukan oleh faktor kemandirian dalam kegiatan belajar, sehingga guru tidak lagi bertindak sebagai pemberi pengetahuan melainkan sebagai fasilitator. Dalam hal ini siswa sanggup menentukan sendiri apa yang akan dipelajarinya dan kapan mereka akan mempelajarinya secara mendalam. Merekapun diberi kebebasan untuk menciptakan kesimpulan/intisari dari apa yang telah dipelajarinya. 

Bahasan perihal teknologi, tak lepas dari kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan aneka macam kemungkinan penerapannya, khususnya pada pembelajaran. Kekuatan TIK pada pembelajaran, akan melahirkan konsep e-learning, manfaat e-learning, dan bahan-bahan pembelajaran untuk e-learning. E-learning termasuk model pembelajaran yang berpusat pada penerima didik. Dengan model pembelajaran ini, penerima didik dituntut berdikari dan bertanggung jawab terhadap proses pembelajarannya, alasannya yaitu ia sanggup mencar ilmu di mana saja, kapan saja, yang penting tersedia alatnya. E-learning menuntut keaktifan penerima didik. Peserta didik akan mempunyai kekayaan informasi, alasannya yaitu ia sanggup mengakses informasi dari mana saja yang berafiliasi dengan materi pembelajarannya.

Model pengembangan TIK dalam pembelajaran sanggup dilakukan dalam empat tahapan, yaitu emerging, applying, infusing, dan transforming (Majumdar dalam Budi Murtiyasa (2012). Emerging yaitu tahap dimana semua insan pendidikan menjadi mempunyai perhatian terhadap TIK. Hal ini ditandai dengan kebutuhan akan dukungan terhadap performa kerja. Applying yaitu tahapan dimana para insan pendidikan mulai mencar ilmu memakai TIK. Pada tahapan ini kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tradisional dengan TIK mulai dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Infusing yaitu tahap dimana para insan pendidikan mulai mengetahui bagaimana dan kapan memakai TIK. Ini ditunjukkan dengan kemampuan menyediakan akomodasi mencar ilmu berbasis TIK bagi para penerima didik Akhirnya tahap transforming yaitu secara spesifik sanggup memakai TIK untuk membantu menuntaskan tugas-tugas pembelajaran yang dihadapinya. Dengan TIK sanggup diciptakan lingkungan mencar ilmu yang inovatif, sehingga merangsang penerima didik untuk berpikir dan berkreasi untuk memecahkan masalah.

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan hasil pada kecakapan kognitif saja, melainkan sanggup menghasilkan kecakapan ranah afektif. Sebagai pola seorang guru agama yang piawai dalam berbagi kecakapan kognitif dengan cara akan berdampak positif terhadap ranah afektif para siswa. Dalam hal ini, pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran agama yang disajikan guru serta preferensi kognitif yang mementingkan kecakapan ranah afektif para siswa. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai dalam aneka macam tingkah laris menyerupai perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan kekerabatan sosial.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan imbas terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan memakai media- media komunikasi menyerupai telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui kekerabatan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan memakai media-media tersebut.

Guru sanggup memberikan layanan tanpa harus berhadapan eksklusif dengan siswa. Penggunaan komputer dalam pendidikan sanggup menggabungkan unsur inovasi, kreativitas dan hiburan, menimbulkan penerima didik mempunyai rasa senang, tidak jenuh mendapatkan pelajaran dan memudahkan tenaga pendidik dalam mempersiapkan materi pembelajaran. Apabila media teknologi ini tersedia, maka dengan gampang siswa sanggup memfokuskan pengambilan keputusan, refleksi, penalaran, dan problem solving. Hal ini akan mendorong daya pikir kritis siswa dan berkeasi dengan bebas. Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif pada perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor yaitu segala amal jasmaniah yang konkret dan gampang diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, lantaran sifatnya yang terbuka. Namun kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.

Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi
Sejarah Teknologi Informasi dan Komunikasi, TIK (bahasa Inggris: Information and Communication Technologies /ICT). TIK meliputi dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh lantaran itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi yaitu dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Kaprikornus Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. 

Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi, yaitu suatu teknologi yang dipakai untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam aneka macam cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan sempurna waktu, yang dipakai untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini memakai seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi dipakai semoga data sanggup disebar dan diakses secara global. Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan merupakan kelaziman untuk membantu menyediakan komputer dan jaringan yang menghubungkan rumah siswa dengan ruang kelas, guru, dan eksekutif sekolah. Semuanya dihubungkan ke Internet, dan para guru dilatih memakai komputer pribadi.

Menghadapi era globalisasi dan kompetisi sebagai konsekuensi tak terhindarkan dari proses itu menuntut peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya insan (SDM). Persaingan era global telah dipenuhi segala teknologi canggih. Kita tahu bahwa kemajuan pendidikan step by step, sedangkan lajunya perkembangan teknologi jump by jump. Hampir semua bidang pendidikan harus bisa memberdayakan dan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam upaya menghasilkan SDM yang berkualitas dan bisa bersaing dalam pencaturan global. 

Fenomena globalisasi yang ditandai dengan kekuatan konvergensi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mestinya dijadikan faktor fundamental menstranformasikan lembaga pendidikan. Pentingnya lembaga pendidikan membangun sistem yang mendukung terwujudnya lingkungan pembelajaran generasi gres alias Next Generation Learning Environment, yaitu dengan cara pemanfaatan teknologi TIK terkini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, adminisrasi serta interaksi dan kerja sama antar guru, siswa, orang tua, komunitas dan sekolah yang lebih efektif dan murah.

Tugas yang besar bagi lembaga pendidikan di Indonesia untuk melaksanakan upaya-upaya terobosan dan progresif untuk meningkatkan kualitas tersebut. Sebab kalau tidak, maka pengembangan SDM bangsa ini akan terus tertinggal. Kepentingan ini semakin mendesak mengingat dalam waktu yang tidak usang lagi, institusi pendidikan dari luar negeri dimungkinkan untuk diselenggarakan di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan besar bagi institusi pendidikan dalam negeri untuk segera berbenah. Perkembangan teknologi informasi telah mengarah ke teknologi Web yang ditandai dengan berkembangnya sistem berbasis jejaring social (social networking) juga diwarnai teknologi yang memungkinkan berjalannya aplikasi web menyerupai aplikasi desktop, berkembangnya teknologi multimedia baik audio dan video streaming dan lain sebagainya.

Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan sudah merupakan suatu keharusan untuk memfasilitasi dan mempermudah proses pembelajaran. 

Seperti memakai komputer atau notebook/netbook, liquid, crystal display (LCD), interconnection-networking (internet), Compact Disk (CD), flasdisk, dimana pemanfaatannya tersebut sanggup membantu proses kegiatan mencar ilmu mengajar. Kemajuan teknologi informasi memang membawa dampak positif bagi dunia pendidikan. Teknologi informasi khususnya teknologi komputer dan internet, baik dalam hal perangkat keras maupun lunaknya, memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran penerima didik. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja terletak pada faktor kecepatan untuk mendapatkan informasi namun juga akomodasi multimedia yang sanggup menciptakan mencar ilmu lebih menarik, visual dan interaktif.

Sejalan dengan perkembangan teknologi internet banyak kegiatan pembelajaran yang sanggup dilakukan dengan memanfaatkan teknologi ini. Untuk selanjutnya pembelajaran melalui jalur internet kita sebut sebagai pembelajaran berbasis web. Harus diakui bahwa pembelajaran berbasis web ini sanggup terealisasi lantaran pengembangan yang pesat di tiga bidang yaitu bidang pembelajaran jarak jauh, pembelajaran dengan memakai teknlogi komputer dan perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi internet.

Pembelajaran jarak jauh mempunyai sejarah yang sudah sangat lama. Pembelajaran jarak jauh dimulai dan dikenal masyarakat dunia sekitar pertengahan tahun 1800-an di Amerika Serikat, Perancis dan beberapa negara Eropa lainnya (Moore & Kearsley, 1996). Pada umumnya pembelajaran jarak jauh dilakukan melalui korespondensi memakai media kertas dan jasa pos. Namun kemudian kemajuan teknologi komputer berkembang sangat pesat dan ini membawa dampak luar biasa dalam memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk mengakses informasi untuk pembelajaran dengan lebih mudah, menarik, visual dan interaktif.

Berbagai istilah pembelajaran dengan memanfaatkan komputer mulai dari komputer-aided instruction (CAI), komputer based training (CBT) sudah tidak aneh lagi di indera pendengaran kita. Sedangkan pembelajaran berbasis web mulai dipakai sesudah teknologi internet berkembang pesat. Melalui internet banyak informasi yang sanggup diakses oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Pengaksesan informasi menjadi relatif lebih cepat, murah dan mudah. Teknologi internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkan informasi apa saja dari mana saja dan kapan saja dengan gampang dan cepat. Informasi yang tersedia di aneka macam pusat data di aneka macam komputer di dunia, selama komputer-komputer tersebut saling terhubung dalam jaringan internet, sanggup kita susukan dari mana saja. Ini merupakan salah satu laba mencar ilmu melalui media internet.

Pembelajaran Secara Tatap Muka dan Virtual
Sekalipun teknologi web memungkinkan pembelajaran dilakukan virtual secara penuh namun kesempatan itu tidak sanggup dilakukan. Interaksi selama pembelajaran secara tatap muka masih tetap dibutuhkan. Ada tiga alasan mengapa lembaga tatap muka masih dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran ini. Tiga alasan tersebut adalah:
  1. perlunya lembaga untuk menjelaskan maksud dan prosedur mencar ilmu yang akan dilalui bersama secara eksklusif dengan semua penerima didik,
  2. perlunya memberikan pemahaman sekaligus pengalaman mencar ilmu dengan mengerjakan kiprah secara kelompok dan kolaboratif pada setiap penerima didik. Karena model pembelajaran yang dirancang menuntut kerja kelompok maka penerima didik perlu mempunyai kompetensi dalam berkomunikasi,
  3. perlunya memberikan pembinaan memakai komputer yang akan dipakai sebagai media komunikasi berbasis web kepada setiap penerima didik.

Pada sesi tatap muka guru memberikan pokok-pokok bahasan penting. Ceramah singkat dengan mengundang penerima didik untuk berpartisipasi eksklusif dalam diskusi sangat baik untuk dilakukan. Ini tentu saja membangun iklim partisipatoris dalam kelas. Mengerjakan kiprah dalam kelompok maupun pribadi diberikan untuk melatih diri bekerja dalam kelompok. Sikap terbuka dan berani berekspresi merupakan sikap dasar dan penting yang dibutuhkan pada sesi diskusi virtual berikutnya.

Interaksi secara virtual dilakukan untuk mendiskusikan topik-topik penting untuk dipahami bersama- sama. Mereka diharapkan untuk saling memberikan pikiran maupun mengkritisi pendapat lain atas sebuah topik yang telah ditentukan oleh guru maupun dipilih oleh mereka sendiri. Kerja dalam kelompok dan kerja sama dilakukan melalui media atau lembaga khusus didedikasikan untuk masing-masing kelompok virtual yang ada. Forum diskusi tersebut dinamakan konferensi. Konferensi yang dipakai oleh setiap kelompok bersifat tertutup (private conference), artinya konferensi tersebut hanya sanggup diakses oleh anggota kelompok itu saja dan guru (jika dikehendaki). Namun di samping itu, antar sesama penerima didik berbeda kelompok juga sanggup saling berkomunikasi melalui sebuah konferensi kelas yang bersifat terbuka (opened conference).

Semua penerima didik sanggup mengakses konferensi terbuka ini tidak bergantung kelompok apa ia berasal. Ini sengaja dibentuk dengan maksud semoga setiap temuan, hasil kerja kelompok juga sanggup dibagikan kepada kelompok lain. Kelompok lain sanggup memberikan pendapat dan kritik atas pendapat kelompok lain melalui konferensi ini. 

Model jalur komunikasi dalam kerja kelompok dan kerja sama sanggup dilihat pada gambar 38. Diskusi dilakukan antar kelompok dan pihak guru (gambar 3a) maupun antar individu penerima didik dan guru. Penugasan atas nama kelompok didiskusikan antar anggota kelompok tersebut untuk kemudian disampaikan kepada kelompok lain. Selain diskusi, seseorang sanggup memberikan pertanyaan kepada guru atau kepada sesama penerima didik. Semangat mencar ilmu dari dan untuk sesama merupakan warna kegiatan pendidikan ini.

Kompetensi Profesi Guru Berbasis ICT
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education and Commonwealth of Learning, bahwa TIK yaitu teknologi yang dipakai untuk berkomunikasi dan untuk membuat, mengelola dan mendistribusikan informasi. Dari definisi yang luas, TIK termasuk komputer, internet, telepon, televisi, radio, dan peralatan audiovisual (UNESCO, 2008). Bondan S. Prakoso dan Rakhmat Januardy (2005) mengemukakan bahwa acara TIK di lingkungan Kemendikbud dirancang, disusun, dan dilaksanakan semoga sanggup memberikan sebesar- besarnya manfaat bagi semua pihak, khususnya komunitas.

Banyak perubahan yang terjadi dalam pendidikan, dimana TIK merupakan salah satu kekuatan pendorongnya. Salah satu bentuk perubahan itu yaitu meningkatnya susukan ke TIK di kalangan siswa dan guru baik di rumah maupun di sekolah, tak terkecuali di Indonesia. Sebagaimana yang dilansir oleh Communication and Information Unit UNESCO Bangkok bahwa penggunaan TIK di lingkungan pendidikan di Indonesia yang telah teridentifikasi, yaitu: (1) penggunaan TIK yang paling lebih banyak didominasi yaitu untuk email; (2) TIK dimasukkan dalam kurikulum di beberapa sekolah; (3) pusat pembinaan swasta memberikan kursus singkat terkait TIK (misalnya, MS Office, Desain web , animasi); (4) anggaran telah dialokasikan untuk akomodasi TIK dan koneksi internet di sekolah; dan (5) pembinaan komputer dasar disediakan untuk guru.

Keterampilan TIK yaitu kompetensi pada bidang pembelajaran, yang mencerminkan pemerataan yang luas dalam keterampilan penggunaan TIK. Keterampilan TIK di adaptasi, ditransfer, dan dipakai sebagai alat untuk membantu transformasi pembelajaran dalam hubungannya dengan keterampilan penting lainnya menyerupai membaca, berhitung dan pemecahan duduk masalah (Mceetya, 2005). Hal senada dikemukakan oleh CETF bahwa keterampilan TIK/digital yaitu kemampuan untuk memakai peralatan komunikasi dan teknologi digital dan atau jaringan untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menciptakan dan mengkomunikasikan informasi sesuai fungsi nya dalam masyarakat berpengetahuan.

Dalam konteks Indonesia, UNESCO mengemukakan bahwa pada sejumlah sekolah di Indonesia TIK telah dipakai secara terpadu dalam pendidikan. Guru yang mempunyai kompetensi TIK ditunjuk sebagai koordinator TIK, yang bertanggung jawab atas pengelolaan penggunaan TIK di sekolah. Realitas yang ada yaitu kebanyakan koordinator TIK tidak mempunyai latar belakang pendidikan TIK. Oleh lantaran itu, melatih mereka dalam TIK yang berafiliasi dengan keterampilan yang diperlukan. JIS (Jaringan Informasi Sekolah), sebuah acara diprakarsai oleh Direktorat PSMK, bertujuan untuk memberikan pembinaan TIK bagi guru dalam jaringan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Pelgrum, bahwa hasil survey yang dilakukan terhadap sekolah di 24 negara memperlihatkan hambatan serius yang dirasakan oleh praktisi pendidikan dalam upaya mewujudkan tujuan mereka terkait TIK, antara lain:1) kurangnya jumlah komputer; (2) guru tidak mempunyai pengetahuan/keterampilan; (3) kesulitan untuk mengintegrasikan dalam pembelajaran;(4) supervisi dari staf tidak cukup; dan (5) tidak cukup kesempatan mengikuti pelatihan. 

Rangkuman
  1. E-learning yaitu sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang dipakai yaitu jaringan komputer. Sistem e-learning ini tidak mempunyai batasan akses. Inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu, kapanpun mahasiswa bisa mengakses sistem ini.
  2. Pelaksanaan blended learning bertujuan untuk mendapatkan kualitas pembelajaran yang baik dimana metode pembelajaran tatap muka (face to face) memungkinkan untuk dilakukan pembelajaran interaktif, sedangkan metode online learning sanggup memberikan materi secara online tanpa batas ruang dan waktu, namun masih memungkinkan mendapatkan bimbingan dan isyarat untuk dicapai pembelajaran yang maksimal.
  3. Keterampilan TIK yaitu kompetensi pada bidang pembelajaran, yang mencerminkan pemerataan yang luas dalam keterampilan penggunaan TIK. Keterampilan TIK diadaptasi, ditransfer, dan dipakai sebagai alat untuk membantu transformasi pembelajaran dalam hubungannya dengan keterampilan penting lainnya menyerupai membaca, berhitung dan pemecahan masalah.
  4. Paradigma Pendidikan di Abad-21 merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan, yaitu: 1) dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa; 2) dari satu arah menuju interaktif; 3) dari isolasi menuju lingkungan jejaring; 4) dari pasif menuju aktif menyelidiki; 5) dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata; 6) dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim; 7) dari luas menuju sikap khas memberdayakan kaidah keterikatan; 8) dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru; 9) dari alat tunggal menuju alat multimedia; 10) dari kekerabatan satu arah bergeser menuju kooperatif; 11) dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan; 12) dari perjuangan sadar tunggal menuju jamak; 13) dari satu ilmu dan teknologi bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak; 14) dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan; 15) dari pemikiran faktual menuju kritis, dan; 16) dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.

    Download Berkas Mengenai Orientasi Pembelajaran Abad 21 - Buku Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Prinsip dan Aplikasi dalam Studi Pemikiran Islam)

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Mengenai Orientasi Pembelajaran Abad 21 ini silahkan lihat file preview Buku Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Prinsip dan Aplikasi dalam Studi Pemikiran Islam) atau download file pada link di bawah ini:

    Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Prinsip dan Aplikasi dalam Studi Pemikiran Islam)



    Download File:
    Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Prinsip dan Aplikasi dalam Studi Pemikiran Islam).pdf 

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Orientasi Pembelajaran Abad 21 - Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (Prinsip dan Aplikasi dalam Studi Pemikiran Islam). Semoga bisa bermanfaat.
    Previous
    Next Post »